Scroll Untuk Baca Berita
banner 925x550
banner prov babel banner prov babel
Artikel

Lebaran: Antara Kebahagiaan dan Kesedihan di Akhir Ramadhan

20
×

Lebaran: Antara Kebahagiaan dan Kesedihan di Akhir Ramadhan

Sebarkan artikel ini

PANGKALPINANG, KATABABEL.COM -Ramadhan hampir berakhir, dan umat Islam di seluruh dunia bersiap menyambut hari kemenangan, Idul Fitri. Bagi sebagian orang, ini adalah momen penuh kebahagiaan, diwarnai dengan tradisi berbagi, mudik, serta menerima dan memberi Tunjangan Hari Raya (THR). Namun, bagi sebagian lainnya, Lebaran membawa perasaan yang berbeda—ada yang merasa biasa saja, bahkan ada yang diliputi kesedihan karena keterbatasan ekonomi, kehilangan orang tercinta, atau keadaan hidup yang sulit.

Bagi mereka yang telah ditinggalkan oleh orang tua, Lebaran menjadi momen yang penuh haru. Suasana kebersamaan yang dulu dirasakan kini terasa berbeda. Tradisi ziarah ke makam orang tua menjadi salah satu cara untuk mengenang dan mendoakan mereka yang telah berpulang. Namun, tak jarang, perasaan sedih pun timbul saat menyadari bahwa sosok yang dulu menyambut Lebaran dengan penuh kasih sayang kini telah tiada.

Banyak orang merasakan kehilangan yang mendalam ketika tak lagi bisa mencium tangan ibu atau mendengar nasihat bijak dari ayah. Kenangan berbuka puasa bersama, suara takbir yang menggema di rumah, serta momen saling bermaafan kini hanya tinggal kenangan. Meski demikian, doa yang tulus dari anak-anak mereka tetap menjadi penghubung antara dunia dan akhirat.

Di sisi lain, bagi sebagian orang, Lebaran justru menjadi sumber stres. Tekanan ekonomi, tuntutan sosial, serta ekspektasi untuk tampil meriah di hari raya bisa menjadi beban tersendiri. Tidak semua orang memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk membeli baju baru, memberikan THR, atau menyediakan hidangan khas Lebaran.

Bagi para perantau yang tak bisa mudik karena keterbatasan biaya atau pekerjaan, Lebaran juga bisa menjadi momen yang terasa hampa. Sementara di satu sisi media sosial dipenuhi dengan foto-foto keluarga yang berkumpul, mereka hanya bisa mengirim doa dan kabar lewat layar ponsel.

Di tengah berbagai dinamika dan emosi yang menyertai Lebaran, ada satu hal yang perlu diingat: Idul Fitri bukan hanya tentang kemeriahan, tetapi juga tentang keikhlasan dan kepedulian. Kesenjangan sosial yang terasa di momen ini menjadi pengingat bahwa berbagi dengan sesama adalah bagian dari kemenangan yang sejati.

Namun, di balik segala keterbatasan dan ujian, ada satu hal yang pasti: Allah Maha Kaya, dan segala sesuatu pasti memiliki hikmah dan makna. Kesedihan hari ini mungkin menjadi kekuatan untuk esok, dan keterbatasan saat ini bisa menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu diukur dari materi, tetapi dari keikhlasan dan rasa syukur.

Lebaran seharusnya menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi, baik dengan keluarga maupun dengan mereka yang membutuhkan. Semangat berbagi yang tumbuh selama Ramadhan seharusnya tidak berhenti saat takbir berkumandang. Zakat, sedekah, dan kepedulian terhadap sesama adalah wujud nyata dari kebahagiaan yang sejati.

Lebaran bukan hanya tentang pakaian baru atau hidangan melimpah, tetapi juga tentang kebersamaan dan ketulusan hati. Dalam kesederhanaan sekalipun, kebahagiaan tetap bisa dirasakan jika hati dipenuhi dengan rasa syukur dan keikhlasan.

Selamat Idul Fitri, semoga kita semua diberikan keberkahan, kesehatan, dan kebahagiaan dalam setiap langkah kehidupan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *