SIJUK – Dalam upaya pelestarian alam, peningkatan sektor pariwisata serta bentuk komitmen dalam mendorong pelestarian Geopark sebagai warisan dunia di Pulau Belitung, Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Sugito melakukan kunjungan kerja ke Geosite Bukit Peramun, Belitung. Kunjungan ini bertujuan untuk meninjau pengembangan geowisata di kawasan tersebut pada Jumat, (29/11/2024).
Sejak tahun 2017 Bukit Peramun mulai menerapkan sistem digital QR Code. Melalui cara ini, pengunjung dapat dengan mudah mengakses informasi flora dan fauna yang ada di hutan seluas 115 hektar itu. Tiga tahun berselang (2020), Arsel Community menyempurnakannya dengan mengembangkan sistem informasi digital dalam bentuk aplikasi android “Kepo” (Kenali Pohon), yang dapat menampilkan langsung informasi jenis tanaman melalui audio dan video hologram.
Pada 30 Mei 2023, Bukit Peramun mendapat anugerah sebagai Hutan Digital Pertama Berbasis Masyarakat di Indonesia oleh Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI). Sebelumnya, Bukit Peramun juga mendapat juara pertama dalam Indonesia Sustainable Tourism Awards [ISTA], oleh Kementerian Pariwisata, pada tahun 2019 lalu.
Bukit Peramun merupakan salah satu geosite Belitong UNESCO Global Geopark. Berlokasi di Desa Air Selumar, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Geosite Bukit Peramun dikelola oleh komunitas masyarakat Arsel Community. Bukit ini dikenal karena formasi batu granitnya yang besar dan unik, yang merupakan ciri khas dari banyak kawasan di Belitung. Bukit Peramun memiliki pemandangan yang menakjubkan dan sering dikunjungi oleh para wisatawan yang tertarik dengan keindahan alam serta geologi wilayah tersebut.
Salah satu daya tarik utama Geosite Bukit Peramun adalah batu-batu granit raksasa yang terbentuk akibat proses alam yang berlangsung selama jutaan tahun. Selain itu, situs ini juga dikenal karena keanekaragaman hayatinya, termasuk berbagai flora dan fauna yang ada di sekitar bukit. Geosite Bukit Peramun menjadi salah satu tujuan wisata edukasi yang menarik, menggabungkan unsur geologi dan alam, serta memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar tentang sejarah geologi Belitung. Geosite ini juga merupakan bagian dari upaya pelestarian dan pengembangan pariwisata berbasis geologi di Belitung, yang semakin populer di kalangan wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Penamaan Peramun itu sendiri berasal dari kata peramu atau ramu atau peramuan, yang muncul karena tradisi masyarakat zaman dulu secara turun temurun menjadikan bukit Peramun sebagai tempat tumbuhnya beraneka ragam tumbuhan lokal yang yang bermanfaat sebagai obat-obatan herbal. Tempat meramu obat-obatan herbal yang dilindungi secara adat masyarakat setempat.
Terdapat 147 jenis flora yang telah diidentifikasi di hutan Bukit Peramun. Dari jumlah tersebut terdapat jenis tumbuhan penting, seperti jenis pulai [Alstonia sp.], gaharu [Aquilaria malaccensis], ulin [Eusideroxylon zwageri], balau merah [Shorea belangeran], karai [horea ovalis], dan Vatica sumatrana.
Sementara satwa langka, ada mentilin [Cephalopachus bancanus bancanus] yang merupakan Fauna Identitas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, rusa sambar [Cervus unicolor], kijang [Muntiacus muntjak], serta 24 jenis burung.(rel)