Oleh : Mumammad Al-Farizi
Program Studi Konservasi Sumber Daya Alam Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magis maupun pengetahuan tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman para pelaku yang ahli dalam membidangi hal seperti pengobatan tradisional ini.
Dalam pengobatan tradisional tidak semerta-merta selalu mengambil dari alam pada sumber daya alam yang masih hidup (Rahmisyah, 2022). Menurut Afriansyah et al. (2016), satwa liar yang digunakan sebagai sumber obat tradisional biasanya adalah hewan yang sudah mati bukan menggunakan satwa liar yang masih hidup.
Bagian-bagian satwa liar yang biasanya digunakan sebagai obat tradisional antara lain: daging, tanduk, tulang, ekor, bulu, kuku, lemak, empedu, dan cangkang. Produk satwa liar yang bisa digunakan sebagai obat tradisional adalah urin, feses, madu, dan susu.
Kemudian, di Bangka Belitung sendiri pengobatan tradisional masih dipakai oleh masyarakat lokal dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Berikut ini saya akan menjelaskan jenis-jenis satwa liar, yang dimanfaatkan organ tubuhnya sebagai obat tradisional dan cara pengolahan beserta sebagai obat sakit apa saja.
Pertama ada enam satwa liar yang dimanfaatkan dagingnya oleh masyarakat Provinsi kepulauan Bangka Belitung, yaitu ikan gabus dan ular phyton sebagai obat luka dalam, tupai sebagai obat diabetes, katak sungai dan belut sebagai obat asma, mengkarong sebagai obat saraf.
Nugroho (2018) mengatakan kandungan gizi yang ada dalam daging memiliki manfaat yang berbeda-beda. Protein berperan penting dalam membangun jaringan pada tubuh, menjadikan antibodi alami bagi tubuh yang bekerja dengan baik sehingga dapat menghindarkan tubuh dari serangan penyakit, zat besi juga berperan penting bagi kesehatan tubuh yaitu dapat menghindarkan tubuh dari gejala anemia, dan vitamin (A, D, dan B) yang memberi bantuan pada sistem syaraf dan juga baik untuk penglihatan, tulang, kulit, dan gigi.
Mengkubung merupakan satwa liar yang dapat dijumpai di hutan Bangka Belitung, mengkubung sendiri dimanfaatkan tulangnya sebagai obat patah tulang dengan cara dikubur tubuhnya secara utuh selama kurang lebih empat puluh hari. Setelah empat puluh hari tulangnya diambil lalu campurkan tulang tersebut dengan minyak kelapa, setelah itu oleskan pada bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
Satwa liar juga dapat dimanfaatkan kakinya sebagai obat, yaitu ayam hutan sebagai obat magh dan burung elang sebagai obat patah tulang. Cara pengolahan ayam hutan sebagai obat magh yaitu kaki ayam hutan direbus kemudian airnya diminum. Adapun cara pengolahan burung elang yaitu kakinya direbus hingga mengeluarkan minyak kemudian ambil minyak yang mengapung lalu dioleskan kebagian tubuh yang mengalami cidera atau patah tulang.
Buaya muara juga dapat dimanfaatkan taringnya sebagai obat stres dan kesurupan dengan cara taring tersebut dikikis sampai mengeluarkan serbuk kemudian serbuk tersebut dicampur dengan air lalu diminum. Selain itu buaya muara mempunyai manfaat pada bagian daging dan tangkurnya, yaitu sebagai obat penambah stamina (Y Huda 2009). Lutung dapat dimanfaatkan sebagai obat darah manis yang diolah dengan cara kulitnya direbus kemudian air dari hasil rebusan tersebut diminum. Di Kalimantan lutung diyakini oleh masyarakat memiliki khasiat sebagai obat malaria (YAE Putra et al, 2008).
Empedu dari ular phyton dimanfaatkan sebagai obat penyakit kulit yaitu dengan cara empedu tersebut direndam kemudian air rendaman tesebut diminum. Menurut Syafutra et al. (2022) empedu ular sabek/ular sanca dimakan secara mentah tanpa diolah demi dimanfaatkan sebagai obat sakit kulit.
Kalong juga dapat dimanfaatkan hatinya sebagai obat asma dengan cara hatinya digoreng tanpa dicampur dengan bumbu apapun kemudian dimakan. Widodo dan Boedi (1992) menyatakan bahwa, hati kalong dapat dimanfaatkan sebagai obat sakit asma yang manjur, walaupun hingga saat ini belum ada data ilmiah yang bisa menguatkan kebenaran mithos tersebut.
Kepala kura-kura dimanfaatkan sebagai obat ambayen. Cara pengolahannya yaitu kepala kura-kura disangrai hingga halus atau hancur kemudian dicampur dengan air hangat dan diminum.
Di atas merupakan beberapa jenis satwa beserta bagian organ tubuh yang dapat dipercaya oleh masyarakat Kepulauan Bangka Belitung sebagai obat tradisional. Berdasarkan hasil penjelasan di atas, khasiat yang terkandung didalam organ tumbuh satwa liar mampu mengobati berbagai macam penyakit, oleh karena itu berbagai jenis satwa liar masih dipercayai oleh masyarakat kepulauan bangka belitung sebagai pengobatan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.