oleh : Sandi Kharisma R, S.I.Kom
Sepuluh hari lagi, masyarakat Kota Pangkalpinang akan kembali menorehkan sejarah dengan mengikuti Pilkada Ulang 2025. Momentum ini bukan sekadar perhelatan politik, melainkan sebuah ujian kedewasaan demokrasi sekaligus kesempatan emas bagi warga untuk menentukan arah pembangunan kota lima tahun ke depan.
Seperti halnya setiap kontestasi politik, hiruk pikuk jelang hari pencoblosan mulai terasa. Spanduk, baliho, hingga perbincangan hangat di warung kopi, pasar, dan media sosial menjadi bukti bahwa warga mulai aktif membicarakan siapa calon yang layak memimpin kota. Tidak jarang muncul perbedaan pendapat, perdebatan, bahkan persaingan yang tajam antarpendukung. Namun di balik itu semua, inilah bagian wajar dari demokrasi: ruang terbuka bagi masyarakat untuk memilih pemimpin terbaik menurut pandangan masing-masing.
Pilkada ulang kali ini menghadirkan empat pasangan calon wali kota dan wakil wali kota. Masing-masing membawa visi, misi, dan strategi yang berbeda, namun tujuan akhirnya sama: memajukan Pangkalpinang.
Ada pasangan dari jalur independen yang mencoba menunjukkan bahwa masyarakat bisa bersatu tanpa bendera partai besar.
Ada pula pasangan yang diusung partai-partai besar dengan modal pengalaman dan jaringan politik yang luas.
Sebagian pasangan tampil dengan semangat perubahan dan gagasan segar, sementara lainnya mengandalkan rekam jejak kepemimpinan dan bukti kinerja sebelumnya.
Kehadiran empat pilihan ini sejatinya memberi keuntungan bagi masyarakat: warga tidak lagi terjebak pada pilihan tunggal, tetapi bisa menimbang secara rasional calon yang paling sesuai dengan kebutuhan kota.
Meski demokrasi ini penuh semangat, tetap ada sejumlah tantangan. Persaingan antarpendukung rawan memicu gesekan jika tidak dikelola dengan bijak. Isu-isu sensitif seperti perbedaan suku, agama, atau kepentingan kelompok sering dimanfaatkan untuk menarik simpati, padahal yang dibutuhkan warga adalah program konkret untuk pembangunan kota.
Selain itu, kampanye yang singkat kadang membuat masyarakat kurang mengenal secara mendalam visi dan misi pasangan calon. Karena itu, warga perlu aktif mencari tahu, baik melalui debat publik, media lokal, atau tatap muka langsung dengan calon dan timnya.
Masyarakat Pangkalpinang harus menyadari bahwa pilihan 27 Agustus nanti bukan sekadar soal menang atau kalah, bukan pula sekadar soal siapa didukung partai atau tokoh. Pilihan itu akan menentukan arah pembangunan, kualitas pelayanan publik, dan nasib generasi muda kota ini.
Oleh karena itu, pilihlah dengan hati nurani dan akal sehat. Pertimbangkan rekam jejak calon, gagasan yang ditawarkan, dan kemampuan memimpin, bukan hanya janji manis atau kedekatan emosional.
Sepuluh hari ke depan adalah masa yang menentukan. Mari kita jadikan Pilkada Ulang Pangkalpinang 2025 sebagai pesta demokrasi yang damai, bermartabat, dan penuh kegembiraan. Perbedaan pilihan adalah hal biasa, tetapi persatuan dan keharmonisan sebagai warga kota harus tetap dijaga.
Dengan semangat itu, Pilkada bukan hanya soal memilih pemimpin, melainkan juga tentang merawat kebersamaan, menjaga persaudaraan, dan meneguhkan harapan akan masa depan Pangkalpinang yang lebih baik.
Tidak ada komentar