PANGKALPINANG, KATABABEL.COM — Rektor Institusi Pahlawan 12, Dr. Darol Arkom, menegaskan bahwa penyelesaian berbagai persoalan sosial strategis seperti penyalahgunaan narkoba, kesehatan mental, pemberdayaan anak, dan perlindungan perempuan membutuhkan pendekatan menyeluruh lintas sektor yang berbasis pada ilmu pengetahuan.
Pernyataan itu disampaikan saat dirinya menghadiri kegiatan penandatanganan kesepakatan dan perjanjian kerja sama strategis antara Pemerintah Kota Pangkalpinang dengan tiga institusi penting, yang digelar di Ruang SRC Kantor Wali Kota Pangkalpinang pada Selasa (22/7/2025).
“Persoalan narkoba, pembangunan, hingga perlindungan anak tidak bisa dilepaskan dari aspek psikologis dan mentalitas masyarakat. Ini harus diintervensi bersama, melalui sinergi antara psikolog, akademisi, hingga pemerintah,” tegas Darol.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Institusi Pahlawan 12 siap mengambil peran aktif melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam konteks kerja sama ini, kampusnya akan merancang program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik dengan fokus pada isu perlindungan anak, pemberdayaan perempuan, serta penguatan keluarga.
“Kami akan rancang program KKN yang lebih fokus, dengan tema-tema strategis, seperti perlindungan anak, pemberdayaan perempuan, dan penguatan keluarga. Ini bentuk kontribusi nyata kami dalam membangun masyarakat dari akar rumput,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa impian besar menuju Indonesia Emas 2045 tidak dapat tercapai tanpa investasi serius pada generasi muda. Menurutnya, pembangunan SDM tidak hanya dimulai dari pendidikan formal, tetapi juga dari lingkungan keluarga dan komunitas sosial yang sehat serta edukatif.
“Anak-anak kita hari ini adalah pemimpin masa depan. Tetapi saat ini kita dihadapkan pada tantangan serius, dari lemahnya struktur ekonomi keluarga, kurangnya pengawasan media sosial, hingga meningkatnya kekerasan terhadap anak dan perempuan,” imbuhnya.
Dr. Darol turut mengungkapkan hasil survei internal institusinya, yang menunjukkan peningkatan keterlibatan anak usia SMP dalam tindakan menyimpang, seperti kekerasan, radikalisme, hingga konsumsi informasi negatif di media sosial.
“Generasi muda yang belum matang secara psikologis sangat rentan. Karena itu, kita harus hadir bersama sebagai orang tua, pendidik, pemangku kebijakan, dan komunitas ilmiah untuk menciptakan lingkungan yang aman, sehat, dan mendidik,” tegasnya lagi.
Di akhir pernyataannya, ia menyerukan pentingnya memperkuat jejaring kerja sama antar lembaga dalam rangka membangun kebijakan yang tepat sasaran dan berbasis riset. Menurutnya, setiap langkah yang diambil harus mengacu pada kebutuhan riil di lapangan, bukan semata-mata asumsi atau tren kebijakan jangka pendek.
“Jika kita ingin Pangkalpinang, Bangka Belitung, dan Indonesia melahirkan generasi emas pada 2045, maka kerja besar ini harus dimulai sekarang. Kita butuh peta jalan yang jelas, kerja sama yang erat, dan kepedulian yang menyeluruh,” pungkasnya.
Tidak ada komentar