“Rencana Aksi Perkebunan Sawit Berkelanjutan” Bentuk Transformasi Ekonomi Konkret oleh Basel

PANGKALPINANG, KATABABEL.COM — Apresiasi diberikan Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel) Sugito, atas penyelenggaraan Forum Konsultasi Publik dan Focus Group Discussion Rencana Aksi Daerah Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAD-KSB) Kabupaten Bangka Selatan 2024-2029, di Hotel Grand Safran, Pangkalpinang, Kamis (3/10/2024).

Sesuai tema penyelenggaraan, yakni pengembangan berkelanjutan, Pj Gubernur Sugito menyebut jika forum diskusi tersebut menjadi langkah tepat dalam pemanfaatan potensi perkebunan di Negeri Junjung Besaoh. Sebab, terdapat nilai-nilai pemberdayaan masyarakat, dan bentuk transformasi ekonomi konkret yang dilakukan oleh Bangka Selatan.

“Mudah-mudahan ini menjadi contoh praktik yang baik bagi daerah-daerah yang lain yang ada di Bangka Belitung, karena di dalamnya ada keterlibatan masyarakat, keterlibatan perangkat desa, keterlibatan kelompok tani, dan masuk ke perguruan tinggi,” ujar Sugito.

Sebagaimana laporan yang diungkapkan Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Bangka Selatan Elfin Elyas sebelumnya, terdapat perkebunan kelapa sawit seluas 29.028 hektare berstatus perkebunan rakyat, serta perkebunan swasta dengan total izin lokasi seluas 86.029 hektare, dengan realisasi tanam 10.229 hektare. Artinya, ada kombinasi yang baik dalam pemanfaatan lahan.

“Ini nanti tidak hanya menguntungkan perusahaan, tapi juga menguntungkan masyarakat, termasuk pemerintah daerah. Artinya, ada aspek-aspek yang terpenuhi, pertama bagaimana kerja sama kelembagaan, termasuk asosiasi perannya seperti apa?” ujarnya.

Aspek kedua yang ditawarkan dalam diskusi itu, dilanjutkan Sugito, bagaimana pemanfaatan pengelolaan plasma yang dapat memberikan kontribusi. Sementara, aspek ketiga yang terpenuhi yaitu pemanfaatan ekonomi, baik bagi pemerintah maupun masyarakat tani.

“Jadi, ekonomi tidak hanya dari sisi perusahaan, tapi juga masyarakat. Konflik sosial itu terjadi karena ada urusan perut (kesejahteraan). Ketika kesejahteraan ada, konflik sosial tidak akan terjadi. Apa yang ada sekarang bukan hanya milik kita, tetapi anak untuk anak-cucu kita. Makanya, berkelanjutan itu memberikan aspek-aspek penting, termasuk lingkungan,” pungkasnya.(rel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *